Polda Jabar Cegah Penembakan Kayanma Polda Metro Jaya tak Terulang Lagi


Oleh: Heri Permana, SH., M. Hum
Tewasnya Kepala Pelayanan Detasemen Markas (Kayanma) Polda Metro Jaya, AKBP Pamudji, yang didor hingga tewas oleh anak buahnya sendiri, Brigadir Susanto, menjadi peringatan penting bagi jajaran Polda Jabar dewasa ini. Tak pelak, jajaran Polda Jabar pun segera bertindak cepat,  dengan sigap mulai melakukan langkah-langkah preventif dan antisipasi tentunya agar kasus penembakan serupa tak terulang lagi.

Menurut Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Drs. Martinus Sitompul, setelah insiden berdarah yang  memalukan, memprihatinkan dan menewaskan  seorang perwira menengah di Polda Metro Jaya, belum lama ini, Kapolda Jabar, Irjen Pol. Moch. Iriawan segera memerintahkan untuk melakukan  upaya pengecekan terhadap  para anggota polisi yang dipercaya untuk memegang  dan menyandang senjata api (senpi). Tak ayal, instruksi dan tindakan senada pun  langsung disampaikan kepada seluruh jajaran kapolres dan kapolrestabes yang ada di wilayah hukum Polda Jabar.
“Kapolda Jabar memang proaktif dan responsif. Beliau langsung mengeluarkan instruksi pengecekan terhadap para pemegang dan penyandang senpi. Kita tidak ingin peristiwa berdarah  dan menakutkan semacam ini terulang di wilayah hukum Polda Jabar,” tegas Martinus ketika ditanya oleh wartawan di Mapolda Jabar, Jln. Sukarno-Hatta, Bandung, baru-baru ini.
            Sedangkan kegiatan  pengecekan ulang terhadap para pemegang  dan penyandang senpi itu, ditambahkan Martinus, menyangkut beberapa hal penting. Di antaranya terkait kartu untuk para pemegang senpi, kelengkapan dari senpi, kebersihan senpi hingga psikotes atau tes psikologi dan kesehatan pata pemegang senpi.
            “Selain itu, tidak boleh diabaikan adalah pentingnya  kegiatan pengawasan dari  atasan/pimpinan/komandan terhadap para anggotanya yang memegang dan menyandang senpi. Pada intinya, semua hal yang terkait, berhubungan  dan bersangkutan dengan penggunaan senpi pun dilakukan dengan sebaik-baiknya,” ujar Martinus.
Diutarakannya, pada saat ini sesuai dengan standar minimal di Polda Jabar, para anggota yang berhak memiliki dan menggunakan  senpi minimal memang berpangkat brigadir. Pada prinsipnya, ada beberapa persyaratan agar para anggota bisa  memperoleh, memakai dan menyandang senpi tersebut.
            Pertama, tentunya para anggota pemegang senpi tersebut mesti sehat secara jasmani dan rohani. Juga  perlu  memiliki keterampilan dalam menembak.Ke dua,  mesti lulus tes pskologi atau psikotes di tingkat Polda Jabar. Juga minimal harus berpangkat seorang brigadir polisi. Ke tiga, sedangkan tahapan yang perlu diajukan para anggota agar bisa memperoleh dan menggunakan senpi, mesti melalui berbagai tahap rekomendasi yang standar tentunya. Jadi, dimulai dari rekomendasi kanit, kasat hingga sampai ke kapolres tempat para anggota tersebut bertugas.
            Ketika menyinggung masalah psikotes dan kesehatan, Kabid Humas Polda Jabar pun menegaskan, dua hal tersebut merupakan syarat yang paling penting. “Jika dalam tes psikologi, diketahui ada pemegang dan penyandang senpi yang emosional atau tidak stabil emosinya, maka senpi  itu mesti ditarik untuk sementara waktu,” ucap Martinus.
            Jadi, imbuhnya, tes semacam itu mulai dilakukan sekarang. Meskipun ada yang baru mengikuti tes psikologi sebelum terjadi peristiwa di Jakarta tersebut, tetap harus mengikuti lagi. “Jajaran Polda Jabar sekarang ini benar-benar ingin memastikan  tidak akan ada masalah seputar penggunaan senpi itu di kemudian hari,” harapnya.
            Nah, untuk langkah awalnya, lanjut Martinus, para anggota pemegang senpi yang akan dites adalah mereka yang dianggap dan dinilai memiliki tingkat emosi yang  memang diketahui tidak stabil.
“Untuk itu, akan diambil sampel secara acak dan didasarkan pada apa yang menjadi catatan dari para pimpinannya. Alhasil, mereka yang memiliki catatan emosional akan menjadi prioritas kita tentunya,” katanya.
            Namun, yang perlu diperhatikan pula, apa yang diungkapkan oleh Neta S. Pane, Ketua Indonesian Police Watch (IPW), belakangan ini. “Banyak para anggota polisi yang mengikuti psikotes yang tidak lulus, tapi dengan membayar sejumlah dana justru diluluskan. Nah, hal ini yang mesti menjadi perhatian kita semua,” ujarnya seraya menambahkan seharusnya psikotes itu benar-benar dilakukan secara objektif, apa adanya dan jujur.         
            Lantas, masih mungkinkah Jajaran Polda Jabar melakukan psikotes yang objektif, apa adanya  dan  jujur kepada para pemegang dan pengguna senpi tersebut? Jawabannya ada di  hati para pejabat di jajaran Polda Jabar itu sendiri tentunya.  Mudah-mudahan kasus penembakan Kayanma Polda Metro, AKBP Pamudji  yang menghebohkan itu, tak terulang lagi di jajaran Polda Jabar. Jadi, demi  keamanan, kenyamanan, keuntungan dan manfaat kita bersama, kenapa tidak! Semoga!
Powered by Blogger.