Lagi, Ruang Kelas SMP Islam Nunuk Hancur
MAJALENGKA,-- Satu gedung
ruang kelas SMP Islam Nunuk, di Blok
Cirelek, Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, kembali
hancur diterjang banjir Sungai Cisuluheun yang terjadi pada Minggu (1/1) malam.
Kini, ruang kelas tinggal tersisa dua ruangan lagi, itu pun terancam ambruk karena air terus menghantam
sekolah dan bagian atap bangunan sudah patah.
Semua peralatan sekolah harus segera diamankan karena semua ruangan
yang tersisa juga terancam ambruk. Hal mana
karena alur arus sungai terus
menghantam gedung sekolah.
Akibat banjir tersebut, sejumlah
rumah yang berdekatan dengan gedung SMP juga terancam. Dua kepala keluarga di antaranya
Toat dan Jefri, sudah mengungsi ke rumah familinya masing-masing yang
letaknya lebih aman dari ancaman banjir.
Menurut keterangan Kepala SMP Islam Nunuk, Jaja Sujai, ambruknya ruang
kelas ini terjadi di malam hari, setelah hujan deras yang terus mengguyur saat
malam pergantian tahun. Beruntung, mebeuler di ruang kelas tersebut sudah lebih
dulu diamankan karena sebelumnya sudah diprediksi bakal terkena banjir. Ruang
kelas yang hancur tersebut adalah bantuan dari PT Pikiran Rakyat berikut mebeulernya,
sedangkan ruang kelas yang bersebelahan dan terancam adalah bantuan dari PT PLN
Jawa Barat.
“Kalau alur arus sungai ini tidak segera diatasi, semua
ruang kelas akan hancur. Malah tidak hanya gedung sekolah, namun juga pemukiman
warga yang berdekatan dengan sekolah dan bagian barat sekolah akan hancur
diterjang banjir. Upaya yang kami lakukan sementara ini menyelamatkan aset
sekolah seperti buku dan sisa mebeuler yang ada. Tentunya jangan sampai hancur
terkena banjir seperti pengalaman sebelumnya, semua aset habis sebelum
terselamatkan,“ kata Jaja.
Yang jadi persoalan baginya
serta guru-guru dan siswa, menurut Jaja, tidak ada ruangan kelas yang aman
untuk dipergunakan. Sekarang ruang kelas nyaris habis, tinggal tersisa dua
ruangan. Itu pun sudah terancam karena air sudah menghantam hampir semua
ruangan.
“Kami memiliki tiga rombongan
belajar, yakni kelas I, II dan III. Jumlah rombongan belajar ini sudah
dipadatkan karena idealnya ada empat rombel sehubungan ada satu kelas yang
gemuk,” papar Jaja.
Harapan Warga
Sementara itu, Toat dan Jefri,
mengaku pihaknya mengungsi sebelum rumahnya hancur diterjang banjir. Mereka
khawatir rumahnya hancur saat sedang terlelap tidur karena banjir selalu
terjadi di malam hari. “Sekarang ini banjir hampir terjadi setiap hujan deras,
sementara letak rumah kami berada dekat sekolah. Kalau gedung sekolah sudah
habis maka bukan tidak mungkin akan
menghantam rumah kami pula,” kata Toat.
Tokoh masyarakat setempat, Dede
Dais serta warga lainnya berharap, pemerintah segera mengatasi persoalan banjir
yang terus merusak gedung sekolah serta mengancam puluhan rumah warga. Bila
tidak segera diatasi, selain menghancurkan seluruh gedung SMP, juga rumah warga
setempat.
“Banjir seperti ini tidak bisa
ditanggulangi oleh warga karena pada dasarnya warga sudah berupaya memasang beronjong
berulang kali dari bantuan BPBD serta pihak swasta. Namun, nyatanya beronjong
bermeter-meter yang sudah dipasang selalu hancur diterjang banjir. Karena banjir
lebih kuat dibandingkan dengan beronjong penahan banjir,” ungkap Dede Dais.
Pihaknya mengaku sudah beberapa
kali melaporkan musibah banjir tersebut kepada pemerintah, baik itu kepada
BPBD, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pertambangan dan Energi atau pun BBWS.
Tapi, belum ada upaya permanen dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut. “Kami
inginnya segera ditangani sebelum semua gedung sekolah dan rumah hancur,”
ungkap Dede.
Sedangkan Camat Maja, Ucu
Sumarna mengaku sudah melaporkan hal tersebut kepada PSDAPE dan BPBD untuk
segera ditangani. “Kami sudah melaporkan musibah ini. Mudah-mudahan secepatnya
ditangani dinas terkait,” ungkap Ucu. (K Surasa)