Komisi IV DPRD Jabar Dorong Pembangunan Tol Bocimi
BANDUNG, PATROLI,-- Komisi
IV DPRD Jawa Barat mendorong percepatan pembangunan Tol Bogor, Ciawi , Sukabumi
(BOCIMI) yang hingga kini masih terkendala berbagai persoalan seperti pembebasan
lahan dan keterbatasan anggaran. Beberapa pekerjaan monumental yang di danai
APBN hendaknya diinformasikan (sebatas informasi) pula oleh eksekutif ke DPRD,
sehingga DPRD tidak ditinggalkan begitu saja.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Jabar, Daddy Rohanady mengatakan,
persoalan pembebasan lahan yang selalu menjadi penghambat pekerjaan,yang
berakibat banyak pekerjaan di beberapa
Dinas terganggu. Misalnya, pembangunan Tol Cisumdawu, Tol Soroja, Tol Bocimi,
dan Tol BORR.
Demikian pula dengan pembebasan lahan yang ada di beberapa
DI (daerah irigasi), dan Antisipasi atas hal tersebut. Daddy menyarankan Perlunya
dibangun koordinasi (via Sekda) yang lebih intensif dengan BPN (Badan
Pertanahan Nasional), karena suka tidak
suka dan mau tidak mau kita harus bekerja sama dengan mereka dalam pembebasan
lahan. Jangan sampai lahan tidak siap hanya karena koordinasi tidak terbangun.
Masalah Fiscal gap (keterbatasan anggaran) menjadikan kita
kerap kali menetapkan skala prioritas yang benar-benar terbatas. bukan tanpa
risiko.dengan akibat keterbatasan
anggaran tersebut kerap membuat
pekerjaan di beberapa daerah irigasi menjadi parsial, dan tidak tuntasnya rehabilitasi atau penggarapan
sebuah DI berakibat pada ketidaktuntasan irigasi di wilayah DI tersebut.
“Bagaimanapun juga progresnya tetep harus kita intervensi,
ini untuk mengawasi perkembangan Tol ini,” ujar Daddy di DPRD Jabar, Jalan
Dipomegoro no. 27, Kota Bandung, Jumat (15/4/2016).
Dia menambahkan, masalah lainnya seperti dari ijin kontruksi
perlintasan kita lihat tahap 1 dan 2 sudah sampai ke Cigombong. Paling tidak
kalau itu sudah beroperasi saja sudah dapat mengurai kemacetan. Bahkan bukan
persoalan macet saja yang dapat diminimalisasi, diharapkan pembangunan Tol ini
dapat mendongkrak perekonomian dan pariwisata disepanjang tol tersebut.
“Bukan hanya dampak kepadatan lalulintasnya tetapi juga ada
pilihan lain alternative selain jalur puncak,” ucapnya.
Dia mengharapkana, peningkatan dan pemeliharaan ruas jalan
provinsi sebaiknya lebih menitik beratkan keharusan dan bukan keinginan. Data
memang ada di eksekutif, tetapi kebijakannya ada di legislatif. Ini yang harus
disinkronkan. Jalan-jalan produksi seharusnya menjadi skala prioritas lainnya
sehingga akan menaikkan NTP (nilai tukar petani). Bahkan tidak menutup
kemungkinan untuk perluasan pembangunan tol ini dapat dibangun tol laiinya yang
berakses dengan tol yang sudah ada. Sehingga lebih terintegrasi dengan kota
lainnya.
“Seperti yang dibangun Bogor Ring Road (BORR), pengguna
jalan tol tidak harus melewati Jagorawi, aksesnya dipermudah dengan adanya BORR
tersebut,” tandasnya. (Yad)