Banyak Jalan Menuju Roma, Di Perkebunan Seruyan Zenith Dibarter Sembako

KUALA PEMBUANG, PATROLI
Banyak jalan menuju Roma. Kalimat itu kiranya cukup untuk menggambarkan perilaku yang sekarang mulai dilakoni sejumlah warga ataupun buruh dan karyawan yang berada di lokasi perkebunan sawit di Seruyan. Mereka yang menerapkan istilah kalimat itu, merupakan para pemakai aktif obat jenis Carnophen alias Zenith di saat tak punya uang untuk bisa membeli obat koplo tersebut.

Menurut seorang karyawan perkebunan sawit PT Kerry Sawit Indonesia (KSI) yang beroperasi di wilayah Kec.  Danau Sembuluh yang enggan disebutkan itu, membeberkan jika di lokasi tempat dia bekerja selama ini pembelian obat zenith bisa diperoleh dengan menggunakan sistem penukaran barang atau yang biasa disebut dengan istilah barter atau tukar menukar barang dengan barang tanpa perantaraan uang.
“Bagi mereka (karyawan) khususnya yang dalam tiap harinya tak bisa lepas atau tak mampu menahan diri dari kebiasaannya untuk mengkonsumsi zenith itu, rela menukarkan barang-barang kebutuhan milik mereka atau sembako, agar bisa tetap menengak obat tersebut,” kata karyawan itu, kepada SKI PATROLI belum lama ini.
Parahnya, menurut dia, si penjual obat  justru bersedia saja obat dagangannya yang diperjualkan secara sembunyi-sembunyi tersebut, ditukar dengan barang kebutuhan yang disesuaikan dengan harga barang yang dipertukarkan. “Kalau di lokasi tempat saya kerja, disana zenith dijual seharga Rp 50 ribu perkeping (sepuluh tablet). Nah, barang yang mau ditukarkan harganya harus bisa setara dengan patokan harga jual obat itu,” ungkapnya.
Para penukar barang (pemakai obat), lanjut dia, untuk bisa memperoleh barang kebutuhan seperti jenis beras, rokok, gula dan lain sebagainya. Mereka terlebih dahulu berhutang di warung-warung sembari menunggu waktu gajian tiba untuk membayar utang sembako tersebut. Selanjutnya dari barang kebutuhan yang didapat dari warung, kemudian kembali dioper atau berpindah tangan ke penjual obat zenith tersebut.

“Orang yang punya warung itu tidak tahu jika dagangannya yang diutang tersebut ditukarkan dengan zenith. Maklum, karyawan sawit kan gajian satu bulan sekali. Bagi mereka yang tak punya uang, mau tidak mau harus memutar otak untuk tetap bisa menengak pil koplo tersebut,” ujarnya.
Cara lainnya bagi karyawan yang tak punya uang untuk membeli zenith, adalah dengan tetap mengutang barang-barang di warung seperti contohnya rokok. Dimana rokok hasil utangan utangan itu kemudian dijual kembali dengan harga murah ke warga lainnya.

“Teman saya yang bekerja di PT Rimba Harapan Sakti (RHS) yang beroperasi di wilayah Kec. Seruyan Hilir, itu dia ngutang rokok di warung jenis atau merk Menara Putih seharga Rp90 per slop (sepuluh bungkus). Kemudian rokok itu dijual ke orang seharga Rp70 ribu per slopnya. Uang hasil penjualan rokok itu justru malah dia belikan ke zenith yang ada dijual disana,” ungkapnya sambil tertawa. (GAN)
Powered by Blogger.