Pemerintah Dianggap Cederai Janji Poros Maritim, Kereta Cepat Proyek Mainan Pejabat?
JAKARTA, PATROLI,-- Kamis
21 Januari 2016 lalu, megaproyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung
memasuki fase baru. Hal itu seiring dimulainya peletakan batu pertama
(groundbreaking) proyek tersebut oleh Presiden Jokowi.
Sedari awal, proyek KA cepat Jakarta-Bandung memang sudah
menuai polemik publik. Dari data yang berhasil dikumpulkan SKI PATROLI, jalan
terjal kereta cepat
Jakarta-Bandung, bahkan
dimulai ketika baru sebatas rencana. Pembangunan
teknologi kereta api canggih di Jawa itu dianggap akan memperlebar ketimpangan
infrastuktur. Sampai saat ini,
infrastuktur KA di berbagai pulau besar lainya di Indonesia memang tak sebaik
di Jawa. Bahkan Papua hingga kini belum memiliki jalur rel kereta api.
Persoalan pembiayaan juga mencuat. Awalnya proyek yang
dianggap tak terlalu penting itu akan dibiayai oleh pemerintah melalui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan saat itu secara tegas
menolak pengunaan dana APBN untuk membiayai proyek tersebut. Tudingan tentang
proyek KA cepet Jakarta-Bandung muncul. Menteri
Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli bahkan sempat menyebut proyek KA Cepat
adalah proyek mainan pejabat. Apalagi setelah China tiba-tiba hadir melakukan
studi kelayakan atas permintaan pejabat Indonesia.
Awalnya, proyek ini sudah diincar Jepang sejak lama.
Persaingan antara dua negara Asia timur itu pun tak terelakkan. Meski sempat menolak proposal yang
diajukan kedua negara, pemerintah melalui Menteri BUMN Rini Soemarno akhirnya
memilih China. Tentu atas berbagai pertimbangan.Jepang pun meradang karena
merasa mengincar proyek itu sejak lama. Negeri Matahari Terbit itu mengancam
akan meninjau ulang semua hubungan bisnis dengan Indonesia.
Sementara itu,
Indonesia dan China membentuk perusahaan bersama yakni PT kereta cepat
Indonesia-China (KCIC) sebagai badan usaha khusus yang menggarap proyek
tersebut. KCIC-lah yang mengurus semua izin proyek KA cepat Jakarta-Bandung.
Jalan curam kembali muncul. Bukan persoalan persaingan, tapi
persoalan administrasi untuk memulai groundbreaking. Apalagi Presiden Jokowi
memerintahkan agar proyek itu dimulai pada 21 Januari 2016.
Proyek tersebut terbentur kajian Amdal. Direktur Kemitraan
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup (LHK) Widodo Sembodo mengatakan, kajian Amdal masih banyak
kekurangan. Di istana negara, Menteri LHK Siti Nurbaya menjamin kalau Amdal
proyek KA cepat layak.
Selain itu, peresmian kereta cepat dengan rute sepanjang
142,3 kilometer itu dinilai terburu-buru oleh beberapa pihak mengingat lahan
yang ada saat ini belum bebas sepenuhnya. "Pemerintah tidak mempunyai
strategi penguasaan lahan untuk megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Akibatnya, semuanya serba mendadak dan dilakukan terburu-buru," kata Ketua
Umum Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Bernardus Djonoputro, dikutip Kompas.com,
beberapa waktu lalu.
Upaya terburu-buru itu juga dinilai menjadikan negara
sebagai contoh yang buruk bagi masyarakatnya. Terlebih lagi Presiden Jokowi
dianggap terlalu memaksakan kehendaknya sendiri. "Kami melihat Jokowi
sudah cenderung menjadi otoritarian-birokratis, mengadopsi model-model
pembangunan ala orba yang dominan dipengaruhi oleh kekuasaan, uang, dan
pendekatan militeristik jika ada yang melawan," ungkap Direktur Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Zaenal Muttaqien, Jumat (12/2/2016) lalu.
Selain itu, Walhi juga mengkhawatirkan dampak terhadap
lingkungan akibat pembangunan kereta cepat. Menyoal hal tersebut, Zaenal
menyarankan pemerintah mesti memeriksa secara menyeluruh dampak lingkungan
terhadap 9 kabupaten di Jawa Barat yang dilalui jalur kereta cepat. "Pembangunan infrastruktur juga
pasti ada negatifnya, meski di satu sisi membangkitkan pergerakan ekonomi macam
gerai-gerai komersial di stasiun yang tumbuh pesat," tutur dia.
Berbagai macam dampak negatif itu membuat Walhi
mempertanyakan poros maritim yang sering didengungkan oleh Jokowi. Menurut dia,
arah poros maritim menjadi tidak bermakna di tengah situasi pembangunan kereta
cepat yang efisiensi dan efektivitasnya masih perlu dikaji. "Kami meminta presiden untuk
sadar, tidak keburu nafsu dan kembali kepada janjinya membangun poros
maritim," tambahnya.
Kurang Sosialisasi
Sementara itu, DPRD Jawa Barat mendesak pemerintah pusat
agar menggencarkan sosialisasi pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung kepada
masyarakat. Hal ini penting agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan
mengerti pentingnya tentang proyek tersebut.
Ketua DPRD Jabar Ineu Purwadewi Sundari mengatakan, setiap
program pembangunan dari pemerintah pusat akan lebih baik jika diiringi dengan
sosialisasi yang masif. "Sehingga tidak ada perbedaan pendapat," kata
Ineu usai menghadiri Rakerda PDIP Jabar, di Bandung, Selasa (23/2).
Selain itu, Ineu pun meminta segala persyaratan yang wajib
dipenuhi untuk pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini bisa dipenuhi dan
direncanakan dengan sebaik mungkin. Selama ini, proyek tersebut menimbulkan
polemik di tengah-tengah masyarakat. "Agar
tidak menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat terkait kereta cepat Jakarta-Bandung sosialiasi itu tidak seperti kemarin, sudah
berjalan, baru ada sosialiasi. Sehingga pandangan-pandangan sudah beredar
banyak," bebernya.
Soal sosialisasi ini juga sempat didemo dua kelompok
masyarakat. Yang pertama mahasiswa Insitut Teknologi Bandung. Kedua, sekelompok
warga yang menamakan
dirinya Sunda Pergerakan (Sunda Gugat). Dalam aksinya, para pengunjuk rasa
membawa foto-foto Presiden Joko Widodo, Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan,
Menteri BUMN Rini Sumarno, dan lainnya.
Di tengah-tengah foto tersebut terlihat sebungkus mie instan
bertuliskan kereta. Mie instan tersebut, digambarkan sebagai proyek kereta
cepat Jakarta-Bandung yang dibangun sangat instan. "Kami menolak
pembangunan instan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung," ujar Presien KM
ITB, Muhammad Mahardika Zein.
Mutlak Dibutuhkan
Meski demikian, keberadaan kereta ini sangat dibutuhkan
Indonesia. Anggota Komisi V DPR Rendy Lamadjido menilai, negara sudah
memerlukan kehadiran kereta cepat Jakarta-Bandung, lantaran sejak era
penjajahan Belanda hingga kini belum ada inovasi terbaru dalam dunia
perkeretaapian nasional.
Kendati begitu, ia mengaku kecewa dengan Menteri BUMN Rini
Soemarno yang dianggap terlalu mendominasi dalam proyek tersebut. "Saya
agak kecewa Menteri BUMN terlalu mendominasi masalah ini, padahal ini
kewenangan perhubungan," ujarnya dalam rapat kerja dengan Menteri
Perhubungan Ignasius Jonan mengenai pembahasan pelaksanaan proyek pembangunan
Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (25/2).
Ia menilai, BUMN seharusnya tunduk pada Undang-Undang
perkeretaapian. "Mohon hilangkan kegaduhan, presiden sudah groundbreaking
marilah sama-sama sambut," lanjutnya.
Selain itu, ia menyarankan Dirjen Perkeretaapian Kemenhub
untuk pro aktif dan menjemput bola agar proyek ini dapat segera bergulir. Rendy
memahami Kemenhub dituntut untuk tetap mengedepankan kelayakan pembangunan agar
di kemudian hari tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Ia mengaku tidak
sependapat dengan sejumlah anggapan miring dan keraguan terhadap Cina. (Redaksi/
Berbagai Sumber)