Kirani, Balita Tanpa Lubang Vagina
BANDUNG,-- Pancaran sang surya sore itu terlihat cerah. Panas paparan sinarnya membuat kulit terasa tebakar. Namun, di Kampung Bojong Eureun RT 01/RW 04 Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, paparan sinarnya tak begitu terasa. Pasalnya, sinarnya terhalangi oleh puing-puing dan padatnya rumah warga.
Di salah satu kontrakan di kampung tersebut, Enah Supianah (41), terlihat tengah menimang-nimang Kirani Rahmawati Putri di depan kamar yang ia sewa seluas sekitar 2,5 m x 3 m.
Anak bungsu dari enam bersaudara berumur 7 bulan tersebut tertidur dengan lelapnya dipelukan Enah.
Kepala Kirani bersembunyi di bawah ketiak Enah. Meskipun berkeringat, Kirani tetap tertidur dengan pulas. Sekilas, bayi perempuan cantik dengan bulu mata yang lentik itu tak terlihat memiliki kelainan. Namun, ternyata Kirani tak memiliki lubang vagina yang semestinya, sejak lahir dari rahim Enah.
Enah baru mengetahui jika anak bungsunya tak memiliki lubang vagina saat Kirani berumur 3 bulan. Saat lahir hingga usia Kirani 3 bulan, ia tak sadar jika Kirani memiliki kelainan. Bahkan, bidan yang membantu kelahiran Kirani pun tak mengetahuinya.
Enah bahkan tak sengaja mengetahui jika Kirani memiliki kelainan. Kala itu, Kirani tengah dimandikan olehnya. Pada saat Enah membasuh alat vital Kirani, ia melihat alat vital anak bungsunya tersebut tidak normal. Ia baru sadar saat melihat secara detail alat vital anaknya dan baru mengetahui jika anaknya tak memiliki lubang vagina.
Pada masa kehamilannya, Enah juga tak memiliki firasat atau mengalami keluhan. Meskipun demikian, ia mengaku jarang sekali memeriksakan kandungannya ke bidan maupun dokter. Pasalnya, ia tak memiliki biaya. Suaminya hanyalah seorang pedagang lap keliling. Bahkan, pada usia kehamilan 6 bulan, ia juga harus dirundung duka yang mendalam.
Suami tercinta Enah, Ade Amid yang merupakan ayah biologis dari Kirani harus berpulang menghadap Sang Khalik di usia 48 tahun lantaran mengidap penyakit TBC kronis. Sejak itulah Enah harus berjuang sendiri melahirkan dan merawat putri bungsunya. “Almarhum suami saya malah belum liat Kirani. Suami saya meninggal pas usia kandungan anak terakhir saya masuk enam bulan,” ujar Enah sambil meneteskan air mata saat menceritakan kisah pilunya di kontrakannya kepada PATROLI, Kamis (5/1).
Akan Dioperasi?
Enah tinggal di kamar sewaannya selain dengan Kirani juga dengan putra ke limanya, Saeful Akbar (6). Anak pertama hingga ke tiga, yakni Eep Saefudin (24), Yana Mulyana (23) dan Beni Ramdani tak satu atap dengannya. Pasalnya, ketiga putranya harus bekerja untuk mencari biaya kamar kontrakan senilai Rp 250 ribu per bulan dan segala keperluan Kirani. Sedangkan anak keempatnya, Ryan Febriana sudah meninggal di usia 11 tahun.
Di kamar sewaan tersebut, untuk sekedar istirahat Enah, Kirani dan Saeful hanya memanfaatkan kasur kapas tanpa ranjang. Agar terlindung dari rasa dinginnya ubin, Enah menambahkan karpet tipis lusuh dan tikar beranyam. “Kalau saya mah udah enggak kerja. Alhamdulillah anak pertama sampai ke tiga sudah kerja. Suka ngasih uang untuk biaya hidup. Kalau dulu sebelum hamil saya kerja jadi buruh serabutan,” katanya.
Enah pun tak pernah berkecil hati, meskipun putri bungsu yang ia lahirkan kondisinya memiliki kelainan, ia tetap sayang dengan anaknya itu. Ia khawatir jika Kirani beranjak remaja dan sudah mulai bisa bergaul, anak perempuannya akan minder. Enah hidup berpindah-pindah dengan menyewa kamar kontrakan. “Memang Ibu Enah ini segi perekonomiannya tidak mampu. Kami rutin juga memberikan bantuan. Bahkan, Ibu Enah juga sudah mendapat Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kalau Kartu Indonesia Pintar (KIP) masih dalam proses,” kata Yoyo.
Lantas, Yoyo berjanji akan terus memantau dan memfasilitasi kebutuhan Kirani. “Kami akan membantu Kirani hingga waktu operasi penyempurnaan lubang vaginanya tiba,” imbuhnya. (Kiki Andriana)