APBN Rp 350 Miliar untuk BIJB Dibatalkan
BANDUNG,-- Mungkinkah
BIJB memberangkatkan Jemaah haji
di tahun 2018? Ketika rencana kucuran dana APBN sebesar Rp350 miliar pada tahun
anggaran 2018 dibatalkan. Dana sebesar itu pada mulanya untuk merealisasikan
runway BIJB Kertajati menjadi sepanjang 3.000 meter.
Demikian pernyataan Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia ketika Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat berkonsultasi ke Jakarta
seperti dikutip Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jabar Daddy Rohanady di Bandung
Selasa lalu.
Daddy menyatakan, "Dana sebesar itu dibatalkan pengalokasiannya
oleh Kementerian Perhubungan. Padahal, dana tersebut diplot untuk menyelesaikan
pembangunan runway pada tahun 2018. Dampaknya tentu sangat signifikan karena
sampai saat ini runway
baru 2.500 meter."
Mengingat dampak pembatalan itulah kemudian Komisi IV melakukan
rapat koordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi Jabar dan PT BIJB di lokasi
bandara yang terletak di Kabupaten Majalengka tersebut. Dalam rapat terungkap
bahwa PT BIJB juga merasa terkejut dengan adanya pembatalan alokasi dana APBN tersebut.
"PT BIJB sendiri terkejut mendengar pembatalan itu.
Mereka memang pada mulanya lebih concern pada pembangunan sisi darat sedangkan
pembangunan sisi udara didanai APBN," tambah Daddy yang juga Wakil Ketua
DPD Partai Gerindra dan berasal dari dapil Cirebon-Indramayu tersebut.
Perjanjian Kerja Sama antara PT BIJB dengan PT Angkasa Pura
II sebagai akibat berlakunya PP Nomor 40 Tahun 2012 yang tidak memperkenankan
masuknya APBN.
Kemenhub berjanji akan mengingatkan agar PT AP II dengan
posisinya sebagai operator BIJB Kertajati terus menyelesaikan rencana pekerjaan
sebagaimana yang sudah diplot, termasuk
memperpanjang runway menjadi 3.000 meter.
"Kami tidak ingin hanya karena adanya MoU PT BIJB dengan PT AP II
lantas pembangunan bandara tersebut menjadi tersendat apalagi mangkrak.
Pembangunan BIJB Kertajati amat diharapkan segera selesai sehingga dapat
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat Jawa Barat. Mengapa?
Beroperasinya BIJB Kertajati pasti akan menjadi salah satu pengungkit
percepatan laju perekonomian Jabar. Jadi, kami sangat berharap agar pembangunan
bandara di atas lahan 980 hektre itu segera terwujud," ujarnya.
Meskipun Kemenhub sudah menunjuk PT AP II yang menjadi
operator, masih ada beberapa hal yang harus dibicarakan secara serius antara PT
BIJB dengan PT AP II. Misalnya, soal besaran saham masing-masing pihak dan
kewajiban setoran modal serta tenor PT AP II menjadi operator.
Pengoperasian
sebuah bandara memang bukanlah perkara mudah. "Seandainya PT AP II tidak
bersedia melanjutkan pembangunan runway menjadi 3.000 meter, tampaknya
pemberangkatan haji dari BIJB Kertajati pertama kali pada tahun 2018 hanyalah
isapan jempol belaka. Pertanyaannya: siapkah PT BIJB mengantisipasi kemungkinan
tersebut?" pungkas Daddy. (EL)