Tiap Tahun ‘Jatah’ Anggaran Meningkat, DPR hanya Suguhkan Potret Gaduh?
Ilustrasi (ist) |
Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center (IBC) Roy Salam
mengatakan, DPR selalu meminta anggaran dengan porsi jumbo atau besar.
Sayangnya tidak disertai prestasi dan transparansi yang memuaskan.
"DPR selalu minta anggaran jumbo, namum miskin prestasi
dan minim transparan. Kita kadang hanya disuguhkan dengan potret yang gaduh
dengan kinerja rendah," ujar Roy dalam keterangan persnya, Senin (14/8),
kemarin.
Roy mengungkapkan 'jatah’ anggaran DPR cenderung meningkat
dari periode ke periode. DPR periode 2009-2014 rata-rata per tahun memperoleh
anggaran Rp 2,74 triliun atau sekitar 0,18 persen dari total belanja negara.
"Sedangkan, DPR periode 2015-2017 atau tiga tahun
belakangan mendapat anggaran dengan jumlah rata-rata per tahun sebesar Rp 4,72
triliun atau sekitar 0,24 persen dari total belanja negara. Jadi, meningkat
hampir 2 kali lipat atau sekitar 173 persen dari rata-rata anggaran DPR periode
sebelumnya," jelas dia.
Selain itu, kata Roy, rata-rata pertumbuhan anggaran DPR
setiap tahunnya mencapai 13,5 persen. DPR periode saat ini tingkat pertumbuhan
anggaran sebesar 13,5 persen per tahun (2015-2017) meningkat dibandingkan DPR
periode sebelumnya dengan rata-rata pertumbuhan anggaran sebesar 8,3 persen.
"Pertumbuhan anggaran tertinggi terjadi di tahun anggaran 2015 (awal
periode) mencapai 59,3 persen dimana fenomena atau pola yang sama di tahun 2010
untuk DPR periode sebelumnya dengan kenaikan anggaran mencapai 43,2
persen," tandas dia.
Tak hanya itu, DPR kerap meminta anggaran dengan porsi
‘jumbo’ tanpa dibarengi perencanaan yang matang sesuai kebutuhan riil. Tingkat
serapan anggaran DPR (2015-2016) rata-rata hanya sebesar 73,8 persen per tahun
masih lebih tinggi dari DPR periode sebelumnya sebesar 78,1 persen per tahun.
"Adanya deviasi yang lebar antara rencana anggaran dengan realisasi
tersebut menunjukkan ada persoalan dalam perencanaan penganggaran di tubuh
DPR," ungkap dia.
Lebih lanjut, Roy mengatakan bahwa ada pola anggaran DPR
meningkat tajam menjelang Pemilu. Apakah kebetulan atau tidak, tetapi anggaran
DPR sering mengalami peningkatan 2 tahun menjelang penyelenggaraan pemilu
berikutnya.
"Di tahun 2018, DPR mengajukan anggaran sebesar Rp 7,25
triliun. Usulan ini meningkat tajam hingga 70,2 persen dibandingkan alokasi
anggaran tahun 2017. Pola ini mirip dengan anggaran DPR periode sebelumnya di
mana meningkat tajam di tahun 2013 dan 2014 (tahun pemilu) dibandingkan
anggaran tahun-tahun sebelumnya," jelas dia.
Tak pelak, pengajuan anggaran DPR RI untuk Tahun Anggaran
2018 sejumlah Rp 5,7 triliun menuai banyak reaksi dan kritik. Apalagi, sebagian
anggaran DPR itu diusulkan guna pembangunan kompleks DPR di lahan bekas Taman
Ria Senayan.
Alasannya, sudah 15 tahun sejak reformasi, gedung wakil
rakyat itu dinilai belum pernah diperbaiki secara menyeluruh. Menanggapi itu,
mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, melalui akun Twitter-nya
@mohmafudmd mengatakan bahwa pimpinan DPR yang menyebut gedung DPR miring itu
lah yang tidak waras. "Hasil
penelitian PU gedung DPR tidak miring. Yang bilang miring itulah yang
miring," kata Mahfud, Senin (14/8).
Netizen yang sependapat dengan isi tweet Mahfud MD
menanggapinya dengan beragam. Bahkan, seorang netizen menyarankan untuk
dibangun komplek pemakaman di sebelah gedung DPR. Alasannya agar anggota DPR
selalu ingat kematian. @Ahmeed_Azriel01 Alangkah bagusnya Di bangun komplek
pemakaman di Sekitar Gedung DPR,biar inget Mati,??, @wahyu_kentjana DPR
harusnya merakyat gayanya, bukan malah bergaya dgn uang rakyat,.
Ditunda
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan ikut buka suara soal rencana
pembangunan apartemen untuk anggota DPR di eks lahan Taman Ria Senayan. Dia
meminta rencana itu ditunda terlebih dahulu.
Zulkifli tak banyak memberi argumen atas permintannya itu.
Namun dia mengingatkan, saat ini harga-harga di pasar sedang naik dan daya beli
masyarakat tengah menurun (perekonomian).
"Nanti dulu lah, rakyat lagi susah," kata Zulkifli di
Convention Hall, Telkom University, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat,
Senin (13/8).
Sementara Sekretariat Jenderal DPR menyebut, wacana
pembangunan apartemen baru DPR di lahan Taman Ria, Senayan, belum jadi
prioritas. Meski demikian, pembangunan apartemen baru masuk rencana jangka
panjang DPR. "Jadi yang itu,
yang kita anu adalah penataan kawasan ya. Penataan kawasan kan nanti kita akan
bikin prioritasnya mana yang akan lebih dulu kita lakukan," kata Sekjen
DPR Achmad Djuned di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/8).
"Kita nggak bicara apartemen, belum anu. Itu memang
kita rencana jangka panjang, tapi kita nanti dengan anggaran yang saya kira
nggak banyak," imbuh dia.
Djuned lantas menjelaskan apa yang dimaksud penataan kawasan
DPR. Penataan itu di antaranya pembangunan gedung baru, pembangunan museum,
perpustakaan, alun-alun demokrasi dan sebagainya. "Jadi penataan
kawasan. Saya kira belum sampeai kita bicara masalah pembangunan
(apartemen)," sebut Djuned.
Meski demikian, Djuned mengatakan pembahasan soal
pembangunan apartemen masih bersifat dinamis. "Tergantung nanti, tergantung
nanti," pungkasnya. (RED)