Guru & Kepala SD di Lingkup UPTD TK/SD Rancaekek Jalani Penataran Pelajaran ABK
KAB. BANDUNG, PATROLI
Para orang tua siswa yang anaknya memerlukan penanganan khusus bidang
pendidikan, jangan merasa cemas lagi. Pasalnya,
guru dan kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN)dan swasta di lingkup Unit Pelayanan
Teknis Daerah (UPTD) TK dan SD, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung antusias
mengikuti pelatihan pelajaran untuk Anak Berkelainan Khusus (ABK).
Dengan narasumber sebanyak tiga
orang dari Provinsi Jawa Barat. Acara ini bertempat di SDN Rancaekek 01 yang dikepalai Cucum S Gianti (2/10) dan dihadiri
Kepala UPTD TK/SD, Dede Dhani, M.Si, Ketua Cabang Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI), Yayat RS, S.Pd, Pengawas TK dan SD Kecamatan Rancaekek.
Saat dikonfirmasi Drs. Dede Dhani, M.Si kepada PATROLI menuturkan, sosialisasi
pelajaran untuk ABK di masing-masing
sekolah menyertakan 1 orang guru beserta kepala sekolah. “Mereka dididik oleh 3
orang dari Provinsi Jawa Barat, salah
satunya Nanang. Diharapkan nantinya orang tua yang mempunyai anak ABK dapat
belajar sesuai dengan kebutuhannya di SDN
maupun swasta karena dibimbing guru yang
telah mengikuti sosialisasi ABK,” ucapnya.
Adapun sampai saat ini,
imbuhnya, yang sudah melaporkan keberadaan siswa ABK ke kantor terdiri dari SDN Sukamaju yang dikepalai Wawan Ernawan, S.Pd. sebanyak 15
orang. “Selain itu, SDN Sukamanah yang dikepalai Entis Sutisna, S.Pd. sebanyak 1
orang, SDN Rancaekek 09 yang dikepalai Eli Yulianingsih, S.Pd. sebanyak 13
orang, dan SDN Adiyasa yang dikepalai Nani Rohaeni, S.Pd. sebanyak 6 orang,” ujar
Dede.
Sedangkan Yayat RS mengaku dirinya mendukung adanya program sosialisasi
pelajaran ABK untuk guru dan kepala SD yang diselenggarakan Kepala UPTD TK dan SD
Kec. Rancaekek yang bekerja sama dengan
narasumber dari Provinsi Jawa Barat. “Hal itu sangat baik. Pasalnya, Sekolah
Luar Biasa (SLB) sekarang ini terbilang jarang. Oleh karena itu, saya berharap para orang tua yang mempunyai
anak ABK jangan sungkan dan malu menyekolahkan anaknya di SD. Karena nanti guru SD akan cukup mahir
dalam memberikan pelajaran inklusif,” ucap Yayat.
Sementara Wawan Ernawan, S.Pd. menuturkan, dari 15 orang anak itu, di antaranya
ada yang tuna rungu, tuna grahita, tuna netra dan rendah IQ-nya. Di sisi lain, Nani
mengatakan, 6 orang siswa tersebut
berasal kelas 3, 5, 6 dan ada yang autis, bisu dan tuna wisma. (Agus SY)