Mantap, Dewan Minta Tambah Anggaran Untuk Peternakan
BANDUNG, PATROLI,-- DPRD
Jawa Barat meminta Pemerintah Provinsi Jawa Barat menambah anggaran untuk
bidang pangan khususnya peternakan. Ini penting mengingat besarnya jumlah
penduduk Jabar yang berdampak pada tingginya kebutuhan pangan. Berbagai upaya
bisa dilakukan untuk meningkatkan produktifitas pangan lokal.
Sebagai contoh, Ketua Komisi II DPRD Jabar Ridho Budiman
menyebut, Pemprov Jabar harus lebih aktif dalam meningkatkan jumlah populasi
sapi Pasundan, sapi yang merupakan khas asli Jabar.
Terlebih, kata Ridho, kebutuhan Jabar akan daging sapi cukup
tinggi. Oleh karena itu, Ridho meminta pemprov dalam hal ini Dinas Peternakan
mengedukasi peternak agar mau mengembangbiakan sapi Pasundan.
"Saat ini memang mereka (peternak) lebih tertarik ke
(sapi) limosin, karena bobotnya lebih besar," kata Ridho usai menghadiri
peluncuran hasil penelitian Badan Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (BP3 IPTEK) Jabar, di Ciamis, Selasa (19/4). Dalam
kesempatan itu, hadir Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, perwakilan Menteri Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi, serta unsur akademisi yakni Unpad, UI, IPB,
dan ITB.
Dalam kegiatan tersebut, dipublikasikan hasil penelitian
berupa pemurnian DNA sapi Pasundan, great grand parent stock ayam Rambon, dan
itik yang kesemuanya merupakan khas Jabar. Ridho menuturkan, pihaknya meminta
pemprov menambah anggaran untuk hal tersebut.
Salah satunya agar seluruh peternak di Jabar bisa memperoleh
inseminasi buatan (IB) sapi Pasundan secara gratis. Selama ini, peternak sapi
harus membayar untuk melakukan IB tersebut.
"Mereka membayar untuk IB sapi limosin dan simental.
Nah kalau (IB sapi Pasundan) ini digratiskan, harapannya mereka beralih
memelihara sapi Pasundan," pungkasnya.
Pemprov Jabar akan melakukan 80 ribu inseminasi buatan (IB)
untuk sapi Pasundan dalam setiap tahunnya. Dengan jumlah tersebut, diharapkan
populasi sapi khas Jabar ini bertambah sekitar 10 persen dalam setiap tahunnya.
Kepala Dinas Peternakan Jabar Dody F. Nugraha mengatakan,
pihaknya bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
menyiapkan petugas untuk melakukan IB tersebut. Bahkan, penyuntikan ini
diberikan secara gratis bagi kelompok peternak yang menginginkannya.
"Kalau petugas IB dari kita adalah PNS, itu tidak
bayar, karena PNS ini melekat pada tugasnya. Yang bayar itu yang swasta, ada
komitmen dengan peternak, berapa (biayanya) sampai melahirkan," kata Dody
di tempat yang sama.
Dody menjelaskan, dari 80 ribu IB, belum tentu bisa berhasil
semuanya. Sebab, kata dia, rata-rata sapi akan berhasil setelah dua kali
disuntik IB.
"Bahkan bisa tiga kali (baru berhasil), tergantung
kondisi kesehatan sapi," katanya. Kendati begitu, Dody mengakui, pihaknya
belum berorientasi pada penambahan populasi sapi Pasundan.
Saat ini, pihaknya akan fokus pada proses pemurnian DNA
hewan ternak tersebut. "Berpikirnya untuk pemurnian (DNA) sapi Pasundan
sampai titik 100 persen. Kalau sekarang 93 persen. Tapi sambil berjalan, kita
juga upayakan pengembangbiakan," katanya.
Dody menuturkan, jumlah sapi Pasundan saat ini mencapai 40
ribu ekor yang tersebar di 12 kabupaten/kota di Jabar. Angka ini diakui Dody
masih kecil terutama jika dibandingkan dengan jumlah konsumsi sapi Jabar. Adapun
jumlah keseluruhan sapi di Jabar mencapai sekitar 480 ribu ekor.
"Kemampuan kita sekitar 20-30 persen, sisanya didatangkan dari daerah
lain," katanya.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menyambut baik adanya
kerjasama tersebut. Terlebih, kata Heryawan, inovasi teknologi sangat
diperlukan untuk meningkatkan produktifitas pangan.
Menurut Heryawan, saat ini Indonesia sangat bergantung
kepada pasokan pangan dari luar negeri. Ini mencerminkan rendahnya
produktifitas pangan dalam negeri.
Di sisi lain, jumlah penduduk terus meningkat dari tahun ke
tahunnya. "Kita di-'nina bobo'-kan oleh impor sapi, kacang kedelai, 80
persen tahu tempe berasal dari impor. Kalau tak menggunakan IPTEK, khawatir
daya dukung lingkungan kita untuk memenuhi kebutuhan akan terbatas,"
katanya.
Heryawan menambahkan, kualitas hewan ternak khas Jabar tidak
kalah bersaing dengan daerah lain. Sapi Pasundan, katanya, memiliki daya tahan
tubuh yang baik dan mudah beradaptasi. "Ayam kampung biasanya 5-6 bulan
baru bisa dipotong. Kalau Rambon ini dua bulan 10 hari sudah bisa
dipotong," pungkasnya. (Kuswandi)