Konsumen Menjerit, Abudemen dan Kubikasi Air PDAM Tirta Anom Melejit

BANJAR, PATROLI,-- Warga masyarakat Kota Banjar, Prov. Jabar  yang jadi pelanggan air bersih PDAM Tirta Anom banyak yang  mengeluh atas naiknya standar harga abudemen dan tarif. Awalnya, standar harga abudemen Rp 28.000,00 saja, namun kini menjadi Rp 40.0000,00, sedangkan harga tarif air PDAM dari  Rp 2800,00/meter kubik membengkak jadi Rp 4500,00/meter kubik. 
Kenaikan harga tarif air tersebut dinilai para pelanggan terkesan sepihak dan seenaknya sendiri tanpa adanya sosialisasi sebelumnya, baik itu secara lisan atau pun pemberitahuan melalui tulisan.  
Sebagaimana diungkapkan  Hendra, S.Pd.I, warga  Desa Balokang, Dusun Perumahan Balokang, Kec. Banjar, Kota Banjar pada PATROLI, belum lama ini,  terus terang  dirinya kaget waktu membayar tagihan rekening air  bulan April dan  Mei  2016 yang biasanya hanya Rp 40.000,00/bulan  dengan pemakaian yang sama, sedangkan kini harus membayar Rp 85.000,00/bulan. 

“Kami sebagai pelanggan PDAM Tirta Anom sangat menyesalkan sikap dan kebijakan pimpinan PDAM Tirta Anom Kota Banjar, Cece Wahyu Gumelar yang telah menaikan tarif harga  air semaunya sendiri. Hal mana tanpa memperhitungkan para pelanggan ini mampu atau tidak. Bayangkan saja  dari harga tariff air awal Rp 2500,00/meter kubik naik menjadi Rp 4500,00/meter kubik. Belum lagi dibebani tarif abudemen yang biasanya hanya Rp 28.000,00, namun kini menjadi Rp 40.000,00,” jelasnya.  
Menurut Hendra, seharusnya kenaikan tarif tersebut dibarengi pula dengan pelayanan yang maksimal. Setahu dirinya sejak PDAM Tirta Anom di bawah Pimpinan H. Benny Hoelman hingga saat ini dipimpin  Cece Wahyu Gumelar, S.E., sungguh tak ada bedanya, masih seperti yang dulu. Jadi,  sama sekali belum tampak ada peningkatan dalam segi pelayanan  atau kinerja yang dapat dirasakan optimal oleh para pelanggan. 
“Kalau saja Tim PATROLI tidak percaya, silahkan cek  atau pertanyakan langsung kepada para pelanggan, khususnya kepada warga  Dusun Perumahan Balokang. Ini kami katakan apa adanya. Air PDAM sering mampet dan ketika air PAM ngocor datangnya  di malam hari dan  airnya pun kecil. Ironisnya, mulai dari  pukul 7.00 pagi hingga sore air PAM sering mati. Namun, anehnya kalau  keran air dibuka, meteran air berputar dengan cepat, meskipun air tak keluar,” ungkapnya. 
Tanpa Perubahan
Sementara pelanggan  PDAM Tirta Anom, warga Desa Langensari, Kec. Langensari, Kota Banjar yang  bernama Hermanto  dari LSM Geram  mengatakan kepada PATROLI, belum lama ini, dirinya membenarkan  dari sejak PDAM Tirta Anom di bawah Pimpinan H. Benny Hoelman hingga saat ini kurang lebih dua tahunan dipimpin  oleh Cece Wahyu Gumelar, S.E. tidak ada perubahan yang nyata.
“PDAM Tirta Anom saat ini di bawah kendali Cece Wahyu Gumelar, S.E. sama sekali belum menunjukkan hasil dari pekerjaannya. Jadi, Cece Wahyu Gumelar baru mampu menaikkan harga tarif air saja  dengan dibubuhi bahasa, yaitu untuk meningkatkan pelayanan terhadap para pelanggan. Tapi, bagi para pelanggan, yang penting  mana buktinya. Air  seret  dan sering mampet.  Meteran berputar, tapi air tak kunjung keluar. Sementara pembayaran diwajibkan  untuk tetap lancar,”  tandasnya.  
Dikatakan Hermanto, masyarakat Kota Banjar, khususnya para pelanggan air PDAM Tirta Anom hanya diberikan mimpi saja dan terkesan dibodohi.  Faktanya,  air PDAM yang digadang-gadang sudah melalui proses pengelolaan IPA UF (ultra filtrasi) dan  siap diminum. “Namun, sampai detik ini mengambang alias nihil dan tidak ada buktinya sama sekali. Entah lari ke mana itu kasusnya karena anggaran biaya milyaran rupiah pun jadi mubazir,” tegasnya.
Belum lagi, imbuhnya, berteriaknya warga masyarakat Kelurahan Situbatu, Desa Cibeureum dan Desa Neglasari karena  sudah empat tahun sabar menanti. “Pasalnya,  meteran air  di depan rumah kerap terbengkalai  dan karatan. Sedangkan air yang dijanjikan oleh PDAM Tirta Anom tak kunjung datang. Lantas,  mana hasil kerjamu wahai para birokrat PDAM Tirta Anom Kota Banjar?” pungkas Hermanto. (JH 898)
Powered by Blogger.