MARAK PELECEHAN SEKSUAL, POTRET BURAM INDONESIA
“Bagaimana nasib negeri ini? Selain menjadi
tempat kembangbiaknya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN), belakangan ini dipermalukan
dengan munculnya aksi pelecehan seksual yang menimpa anak-anak bangsa. Ratusan
anak menjadi korban keganasan penjahat seks, hingga didera traumatik yang
mendalam”
Demikian
pernyataan sejumlah masyarakat, menanggapi maraknya kasus pelecehan seksual.
Hal itu bukan tanpa alasan, karena kasus pelecehan di Jakarta International School
(JIS) saja belum selesai seratus persen, muncul lagi kasus seksual lainnya di
berbagai negeri.
Seperti
di Cirebon, Jawa Barat, seorang bocah yang baru duduk di bangku kelas tiga
sekolah dasar (SD) tega mencabuli lima anak berusia taman kanak-kanak (TK). Para
korban pun, langsung menjalani pemeriksaan kejiwaan dan psikologis, serta visum
luar oleh tim dokter spesialis kesehatan jiwa dan psikater Pelayanan Medis
Rumah Sakit Arjawinangun, selama empat jam.Selain kelima korban, tersangka
pelecehan seksual berinisial S, juga ikut menjalani pemeriksaan secara khusus.
Datang bersama orangtuanya, tersagka S diperiksa tertutup dan khusus secara
mendalam terkait tindakan di luar kewajaran yang dilakukannya. Bahkan,
tersangka mengaku telah melakukan pelecehan seksual ke masing-masing korban
lebih dari satu kali.
Tim
medis pun memberikan kewajiban bagi tersangaka S untuk menjalani rehabilitasi
selama tiga bulan ke depan. Hal tersebut dilakukan lantaran S, pernah menjadi
korban pelecehan seksual oleh rekannya yang diduga berusia belasan tahun. “Kami
meminta agar keluarga tersangka bersedia menjalani rehabilitasi untuk
memulihkan kejiwaan S, agar tidak selalu teringat dengan kejadian masa
lalunya,” ungkap Wakil Direktur Pelayanan Medis Rumah Sakit Arjawinangun, Bambang
Sumardi, Cirebon, Senin (12/5/).
Bambang
menambahkan, rencananya hasil rekam medis yang dilakukan tim dokter RS
Arjawinangun ini, akan langsung diserahkan ke petugas unit Perlindungan
Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim, Polres Cirebon, untuk pengembangan
penyelidikan.
Sementara
itu di Bandung, meski usianya yang sudah tidak lagi muda, AS alias Haji (53),
malah tersandung kasus pelecehan seksual terhadap seorang bocah laki-laki yang
masih duduk di bangku SMP. Dalam aksinya, AS yang mengaku telah mengajukan
pensiun dini itu melakukan pelecehan seksual terhadap AG (15). "Saya nggak
ngapa-ngapain, hanya mijit saja. Nauzubillah min zalik, kalau saya sampai gitu
(sodomi). Saya juga gini-gini punya anak tiga," ungkap AS di Gedung
Satreskrim Polrestabes Bandung.
AS
yang sebelumnya bekerja di bagian staf pelaksana Kemenag Kanwil Jabar itu,
mengaku hanya disuruh memijit oleh korban. Saat itu korban meminta agar
kemaluannya juga dipijit oleh dirinya. "Saya tidak iming-imingi uang ke
korban. Dia aja minta burungnya dipijit," katanya.
Menurutnya,
selama 10 tahun terakhir ini dirinya memang sering diminta oleh beberapa
temannya untuk melakukan pijat untuk memperbesar alat kelamin layaknya Mak Erot
asal Sukabumi.
Siswi
Tunagrahita Dilecehkan Guru
Kasus
pencabulan rupanya tak kunjung berhenti. Di Bogor, seorang guru sekolah dasar
(SD) bernama Kosim (35) tega mencabuli sembilan siswi di mana empat di
antaranya penyandang tunagrahita. Pelaku melancarkan aksi bejatnya saat
melakukan praktik terapi kepada para korban.
Dari
informasi yang dihimpun, seluruh korban, berinisial MD (13), NJ (10), TM (10),
PS (11), SK (10), ID (10), SM (11), dan ST (11) dicabuli pelaku saat diterapi.
Selain menjadi guru bantu, pelaku memang memiliki keahlian sebagai terapis.
Awalnya,
pelaku mengajak para korban ke sebuah ruang kelas untuk diterapi. Namun, karena
merasa terangsang, pelaku mencabuli para korban yang memiliki keterbatasan.
Pelaku menyuruh korban untuk memegang dan menghisap kemaluannya. "Saya
bilangnya ke korban, barang bapak gatel nih, minta digaruk," kata pelaku
saat ditanya wartawan, Selasa (13/5)
Kapolres
Bogor Kota, AKBP Bahtiar Ujang Purnama, mengatakan, pelaku sudah melakukan aksi
bejatnya sekira empat bulan belakanga. "Pelaku sudah satu tahun mengajar di
sekolah tersebut," tuturnya.
Sementara
itu, di Jakarta, Pelaku pencabulan yang merupakan petugas Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) Kelurahan Duren Sawit nyaris dikeroyok oleh rekan-rekan
korban.
Hal
itu dipicu setelah teman-teman korban mendengar pengakuan E (12) yang mendapat
tindakan asusila. Puluhan siswa kelas VI SD tersebut berniat menghajar pelaku.
Beruntung aksi tersebut dapat diredam oleh Paman Korban, Z (48). "Keponakan
saya ini cerita sama teman-temannya, mendengar cerita, teman-temannya marah dan
langsung mendatangi kantor pelaku. Mereka mau mukulin pelaku, untung tadi saya
bisa redam, kalau tidak abis kali pelaku dipukulin anak-anak itu," kata Z
saat ditemui di Polres Jakarta Timur, Jumat (9/5/2014).
Diberitakan,
seorang petugas Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Duren Sawit diduga
telah melakukan tindak pelecehan seksual terhadap E (12). Pelaku yang diketahui
berinisial W (29) melakukan pelecehan di ruang kerjanya sendiri.
Menurut
pengakuan korban, kejadian tersebut terjadi pada bulan Desember lalu. Saat itu,
E yang tengah asik bermain di lapangan sepak bola yang berada di belakang
kelurahan, dipanggil pelaku untuk ke kantornya. Sebelum melancarkan aksinya,
pelaku mengiming-imingi korban dengan es kelapa muda.
Saat
di dalam ruangan, pelaku mengunci pintu dan menyuruh korban masturbasi di
depannya. Pelaku juga menyuruh korban mengonaninya, kemudian pelaku menempelkan
kelaminnya di sela paha korban. Usai melakukan aksinya, korban diberi uang
sebesar Rp5.000. (Patroli berbagai sumber)