Pasanggiri Angklung Jabar, Pelestarian dan Pemanfaatan

Para pemenang Pasanggiri Angkulng Jabar 2014, saat menerima piala dan penghargaan di Aula Dome STPB jln , Setiabudi bandung, Sabtu (15-11). (Foto; Elly)
BANDUNG, PATROLI
Seni angklung yang sudah berusia ratusan tahun, telah mendapat pengakuan UNESCO sebagai seni budaya milik bangsa Indonesia, khususnya Jawa Barat. Kini perkembangannya bukan hanya di tanah air, melainkan telah mendapat pengakuan masyarakat dunia.

Dalam obrolan dengan wartawan di ruang kerjanya, Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat Rabu lalu (12/11), Aja Sondari, S.Sen mengemukakan, angklung bukan saja milik warga Jawa Barat melainkan telah menjadi milik masyarakat Indonesia.
Aja Sondari yang akrab disapa Wa Aja mengemukakan, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Barat wajib melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan angklung sebagai milik bangsa. Dengan cara begitu, seni angklung tidak akan ada yang mencaplok sebagai milik bangsa lain. “Kita ini berkewajiban melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan angklung sehingga UNESCO mengapresiasi bahwa angklung memang milik bangsa Indonesia. Malah dengan melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan angklung  ini nadanya juga berkembang dari pentatonis menjadi diatonic,” ujar Aja.
Salah satunya sebagaimana uraian Wa Aja, 16 Nopember 2014 ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat melalui Bidang Kesenian menyelenggarakan Pasanggiri Angklung Jawa Barat dengan sasarannya para generasi muda yang berstatus siswa SMP dan SMA/SMK di Kabupaten/Kota se Jawa Barat.
Menurut Wa Aja, para peserta tahun ini 12 grup. Sedangkan tahun sebelumnya diikuti 8 grup angklung. Ke-12 grup ini, masing-masing SMPN 2 Ngamprah KBB, SMPN 2 Cileunyi Kab. Bandung, SMPN 1 Karawang, SMPN 1 Subang, SMAN 1 Indramayu, SMKN 1 Kedawung Kab. Cirebon, SMAN 2 Tasikmalaya, SMAN 1 Singaparna Kab. Tasikmalaya, SMAN 1 Pasawahan Kab.Purwakarta, SMKN 2 Purwakarta, SMAN 1 Lembang Kab. Bandung dan SMA Muhammadiyah Kab. Cianjur.
MAKSUD/TUJUAN
Wa Aja menjelaskan, maksud dan tujuan diselenggarakannya pasanggiri ini guna menggairahkan dan melihat potensi kesenian angklung di wilayah Jawa Barat dan memberi kesempatan untuk menciptakan kreativitas bahwa angklung mampu berkolaborasi dengan kesenian tradisional lain yang ada di tatar Sunda.
Para pelatih atau guru angklung berkolaborasi dengan masyarakat seniman daerah tempat sekolah berada. Dengan demikian diharapkanmasyarakat Jawa Barat khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya dapat lebih mengenal budayanya sendiri, khususnya kesenian angklung.

Sementara itu, saat ini kesenian angklung masih tumbuh di lembaga-lembaga pendidikan saja. Kelak diharapkan dapat muncul juga di tataran masyarakat umum, ujar Wa Aja seraya menambahkan, di samping pasanggiri ini dimunculkan pula “Gerakan Kepedulian terhadap Tanaman Bambu di Jawa Barat.  (Elly S)
Powered by Blogger.