Banyak Rakyat Kecil “Disakiti” Pemerintah
"Bantuan Tunai Kompensasi BBM Rawan Salah Sasaran"
Pemerintah mengklaim lebih siap mengantisipasi dampak
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama bagi masyarakat miskin. Namun, faktanya tidak
seperti itu. Di lapangan masih banyak bantuan yang diberikan pemerintah tidak
tepat sasaran, bahkan banyak juga masyarakat miskin yang “tersakiti” karena
tidak mendapatkan bantuan. Selain itu, teknis pembagian yang menyebabkan masyarakat
lemah tersiksa, bahkan ada yang sampai meninggal dunia plus potongan-potongan
yang dilakukan oknum masih terjadi. Hal itu tentu tidak bisa dianggap sepele.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago
mengatakan, indikasi kesiapan itu terlihat dari pembagian sejumlah kartu
bantuan non-tunai yang telah diluncurkan pada waktu lalu.
Pemerintah menyiapkan dana sekitar Rp5 triliun sebagai
kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Dana
untuk bantuan selama dua bulan tahun ini diambil dari pos cadangan perlindungan
sosial dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2014. Namun
kenyataan yang ada di lapangan saat ini, banyak warga miskin yang tak
mendapatkan bantuan itu, bahkan justru warga tergolong mampu justru menikmati
bantua tersebut.
Sejumlah pengamat ekonomi menilai bantuan sosial yang
diberikan oleh pemerintah Joko Widodo sangat berpotensi tidak tepat sasaran,
sehingga makin membuat rakyat kecil “disakiti. Ekonom dari Institute for
Development of Economics and Finance, Enny Sri Hartati, menilai data penerima
bantuan bakal tetap menjadi kendala utama. Sebab, menurut Enny, basis data yang
diperbarui pada 2013 oleh Tim Percepatan Penanggulangan Kemiskinan berasal dari
Program Perlindungan Sosial 2011.
Enny mengingatkan, distribusi Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat tahun lalu mengacu ke data Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan.
Saat itu, kata Enny, distribusi bantuan tak merata. “Seharusnya data yang
digunakan pemerintah saat ini dimulai dari awal, bukan hasil pembaruan,” katanya.
Ekonom dari Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih,
juga menilai bantuan sosial sangat mungkin melenceng dari sasaran. Lana
memperkirakan duit triliunan rupiah yang disiapkan tak cukup untuk
mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM bagi masyarakat tak mampu. Dengan
jumlah penerima sekitar 15,5 juta keluarga, pemerintah membutuhkan dana besar.
Berikut data
yang berhasil dihimpun SKI PATROLI tentang dugaan bantuan tak tepat sasaran: Di
Musi Banyuasin (Muba), Kepala Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Muba, Samsudin
mengatakan akan mengevalusasi data penerima PSKS untuk tahap selanjutnya. Dia
menduga pembagian PSKS saat ini banyak yang tidak tepat sasaran.
“Kedepan kita
akan melakukan evaluasi, dan mendata ke lapangan, karena kita lihat ada beberapa
warga mengeluhkan pembagian PSKS di sejumlah kantor Pos,” ujar Samsudin,
kemarin.
Sementara itu, di Jawa Barat, Ketua Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Subang yang juga Wakil
Bupati Imas Aryumningsih mengatakan, akurasi data penerima dana Program Simpanan Keluarga Sejahtera
tahun 2014 kurang akurat. Sebab ada sejumlah keluhan maupun laporan kepada
pihaknya terkait penerima bantuan dana itu yang dinilai tak tepat sasaran.
Daerah
Jabar lainnya, yakni Ciamis ada dua janda miskin yang hanya bisa gigit jari
karena tak bisa mendapatkan bantuan itu. Saat warga lain berduyun-duyun ikut antrian untuk menerima kompensasi
kenaikan harga BBM dari pemerintah yang digelontorkan melalui Kantor Pos, Ilah
(74) dan Amah (78), warga Dusun Cisaar, RT 02 RW 01, Desa Kertahayu, Kecamatan
Pamarican, Kabupaten Ciamis, lebih memilih pergi ke hutan untuk mencari kayu
bakar. Sebab,
sedari dulu keduanya tidak pernah terdaftar sebagai penerima bantuan dari
pemerintah.
“Saya kecewa
dengan data penerima bantuan yang sekarang ini. Kenapa yang menerima bantuan
masih orang itu-itu saja. Sementara orang yang seyogyanya mendapatkan bantuan
dari pemerintah dibiarkan seolah tanpa ada perhatian,” kata keluarga Ilah yang
dibenarkan Kepala Desa Kertahayu, Apan Ruspandi, bahwa banyak warga miskin yang
tidak menerima bantuan karena tidak terdaftar.
Di daerah
lainnya, Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan dari laporan yang
disampaikan oleh beberapa camat, sekarang ini mulai ditemukan penyaluran PSKS
yang tidak tepat sasaran.
Warga yang
secara ekonomi cukup mampu, malah menerima bantuan. Sementara ada beberapa
warga yang benar-benar miskin malah tidak mendapatkannya. “Saya mendapat
laporan dari Camat Saptosari kalau ada yang tidak tepat sasaran,” ucapnya, Rabu
(26/11) lalu.
Dengan demikian,
apakah pemerintah akan mengevaluasi ulang terkait banyaknya bantuan yang tak
tepat sasaran? Atau ‘penderitaan’ warga yang tak menerima bantuan itu hanya
akan menjadi bukti bahwa di negeri ini si kaya makin kaya, dan si miskin makin
miskin. Yeng jelas, masyarakat tentu berharap agar bantuan tersebut sesegera
mungkin bisa lebih merata. (B. Hermawan/Berbagai Sumber)